Sabtu, 08 Juli 2006

Sebuah kisah memiliki artian bahwa
kisah adalah momen kejadian yang diceritakan kepada orang lain.. Namun,
bila kita tidak menceritakan momen tersebut kepada orang lain, apakah akan bisa
disebut sebuah kisah?


Berbeda dengan kisah - atau lebih
tepat mungkin bila disebut sebuah momen - kali ini yang enggan diceritakan. Ya,
sebetulnya apa yang ingin ditulis jika tak ada yang ingin diceritakan. Tapi ini
adalah sebuah abgian dari kehidupan yang menyisakan tawa dan rasa perih di dalam
hati.


Izinkanlah saya menuangkan perasaan
dari sebuah momen dari kehidupan yang mungkin takan pernah terungkap untuk
selamanya. Dan, goresan tinta yang dulu terpatri dalam sebuah buku harian,
selamanya akan menjadi sebuah kenangan bagi anak adam yang samasekali tak
memahami arti dari kehidupan.


Seharusnya dia tak pernah memula momen
ini. Momen yang lebih menyisakan perasaan yang salah. Salah bagi alam semesta,
bagi semua jagat raya. Karena momen ini bagai rahasia alam. Ya, alam yang
menjadi saksi bisu bagi momen yangs ebetulnya tak berharga. Apalagi dengan
puluhan peti emas.


Musim panas tahun lalu menjadi sebuah
saksi dibuatnya tekad dalam memulai lembaran kehidupan baru. Dengan rasi orion
sebagi saksi betapa perihnya hati ini. Dengan bulan purnama sebagai teman
lamunan. Tak berarti sebuah tekad itu takan teruwjud.


Musim panas di tahun pohon pun akan
menjadi sebuah saksi bagi momen lain. Momen dimana hati ini terluka dan terobati
hingga hilang bersama masa. Masih bersama jutaan bintang dan bulan punama
Leonardo da Vinci masih menunggu Monalisa untuk bersamanya.


Diterangi sebuah lilin manusia
serigala masih menunggu pembebasan kutukan hati. Masih terus berharap karena
jutaan kata pujangga masih terus teralun dari sang penyair. Dan penyarir hilang
bersama lelehan lilin menjadi tak berharga.


Masih ada Alpha Centauri sebagai
pelita, karena dia lebih terang dari sang surya. Nebulae tak lelah
melahirkan bintang bintang yang lebih terang.


--****-- [4th*]