Kamis, 06 September 2018

soulmate (2)



Karina (K)
Ahmad (A)

.
.

Ada sesuatu yang mengganjal pikiranku.

Sore ini aku dan teman-teman SMA ku berjanji untuk berbuka puasa bersama di salah satu PUJASERA terbaru yang sedang hits di kota kami. Pada saat adzan maghrib berkumandang, kami tentu saja langsung berbuka puasa. Beberapa dari kami bergantian pamit ke mushola, shalat maghrib. Tidak ada yang aneh. Hanya saja aku dan beberapa anak lain tidak sholat, karena tidak boleh sholat dan memang tidak wajib sholat karena bukan muslim.

Kini adzan isya telah berkumandang, tapi tidak ada satupun yang peka. Mereka asik dalam obrolan dan camilan paska hidangan berbuka yang telah disajikan. Aku agak gelisah.

Kenapa mereka tidak pergi sholar isya lalu sholat trawih berjamaan? 
Aku bergumam dalam hati.

Seperti biasa aku kecut dalam rasa pengecutku. Kalah dengan kebahagiaan semu dalam canda bersama kawan lama. Tapi masih ada sedikit gelisah dalam hati, tawaku pun jadi tidak sepenuh hati.

Sambil mengobrol aku sesekali mengecek sosmedku. Tidak banyak yang online. Rata-rata yang online mereka yang bukan muslim. Tapi ada satu orang yang agak membuatku terkejut. Ahmad sedang online, diwaktu sholat isya dan trawih seperti ini? Aku agak kaget. Tanpa pikir panjang aku bertanya.

K: Sholat yg khusyuk, jangan sambil main hp.
A: Udah sholat w. Lu sendiri?
K: Trawih bro. Aku haram sholat.
A: Oh iya, nanti malaman.
K: Emang di kamu trawih jam brp?
A: Biasa jam 9.
K: Malam amat.
A: Iya nunggu turun makanan.
K: Lah? Suqa suqa amat
A: Iya orang berjamaah keluarga sendiri.
K: Mesjid keluarga?
A: Enggak, di rumah.
K: Loh?
A: Iya yang penting sholat berjamaah kan?
K: Ko ga ke mesjid?
A: Emang ada hadist yang bilang sholat trawih harus di mesjid?

Eerrr.. Aku langsung kecut. Ilmuku memang tidak sebanyak dia. Aku langsung browsing "hukum sholat berjamaah trawih di mesjid".
Tidak lama hp ku langsung berbunyi lagi.

A: Trawih itu sunnah. Malah rasul malam-malam akhir ramadhan sholat di rumah.
K: Browsing dulu aku, mas.
A: Ngaji brapa lama? Gini aja ga tau.

Seketika aku langsung agak kesal.

K: Iya sih. Kamu kan pinter. Serbatau.
A: Emang

Aku memejamkan mata. Pening sekilat mendengar alasan dia.
"Kenapa rin?", Budi salah satu teman SMA ku tiba-tiba bertanya. Ah, iya. Aku terlalu ekspresif menunjukan kekesalan ini sepertinya.
"Gapapa, cuma lagi inget-inget sesuatu yang lupa", aku beralasan sambil senyum.
Aku lupa sedang berada dalam forum reuni.
Tiba-tiba aku terpikir. Kenapa tidak tanya Budi saja lebih dulu.
"Bud, ga sholat trawih?", tanyaku berbisik pada Budi.
"Oh iya!", responnya setengah kaget.
"Sholat dulu gih, di sebrang mesjid tuh. Mumpung masih ceramah", saranku.
Budi kemudian bangkit dan pamit.
"Gue sholat trawih dulu ya", pamit Budi.
Rupanya anak-anak lain juga sama ingin trawih terlebih dulu.
"Biar tenang nanti udah di rumah langsung tidur", kata Angga.
"Jangan pada pergi dulu ya. Bentar lagi kayaknya. Masih ceramah", pesan Inka.
Akhirnya satu rombongan pergi ke mesjid sebrang untuk sholat trawih terlebih dulu.
Aku lebih tenang sekarang.

Aku juga baru ingat sedang chatting dengan Ahmad. Kulihat Ahmad sudah offline dan meninggalkan pesan.

A: Gw ke mesjid dulu ya.

Aku tak bisa menahan diri untuk tersenyum.


celebek

Wahai dusta
Tak penah kutemui kau lagi sejak kecewa
hingga kini ku tak pernah benar benar percaya
yang mereka sebut kau pembawa bahagia

Kembaliku menjadi budak rasa
tak benar benar melepasku seutuhnya
untuk ku bisa tertawa
yang nyatanya itu cuma persona

Wahai rasa
Mari kita berjumpa, melepas rindu lalu bermesra
Lalu melupa bahwa hidup adalah lara
Masa depan terjadilah saja, maukah kau bersamaku menghadapinya?