Sabtu, 27 Desember 2014

Batas

Kabau, hari ini aku termenung di batas senja. Bukan menunggumu, tapi aku menata hatiku yang telah tak ku rawat sejak saat itu. Aku kini sengaja menunggu senja semakin redup untuk membuatku rindu, rindu pada banyak hal yang aku lewatkan setelah perjumpaan itu.
Hujan selalu turun seperti biasa, Kabau. Kabut pun masih sama. Hanya tempat dan waktu yang berbeda. Kenangan memang selalu ada, bahkan setelah kau melukis lukisan misterius yang hanya di mengerti olehmu saja. Aku tetap menyimpannya. Tapi apakah kamu melakukan hal yang sama? Itu juga menjadi misteri bagiku.
Kabau, setiap malam aku rindu memastikan kau menjagaku di depan kamarku. Ada debaran menyenangkan saat itu, sepertinya itu hormon dopamin, karena itu membuatku ketagihan. Tak jarang aku juga termenung di depan pintu kamarku saat fajar tiba. Dulu, selalu ku lihat dirimu terjaga saat mendengar pintu kamarku terbuka. Kau, tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Terimakasih, Kabau, itu sangat berarti.
Kabau, kamu tahu, ada rindu yang bisa kujaga, namun ada rindu yang menguap bersama kenangan. Ada yang selalu bersama namun ada juga yang layu dalam ingatan. Seperti apakah kita? Aku terlalu lelah berharap pada takdir. Luka luka yang ada belum sepenuhnya kering dan tidak cukupmembuatku tegar. Kamu belum tahu sedalam apa luka itu, Kabau, kita belum tahu. Aku hanya berjalan menyusuri waktu, dan melihat.

Minggu, 17 Agustus 2014

Sajak Random

Kalau saja langit itu datar
Aku bisa terus berkelana
Melangkah dengan kakiku
Hingga ku temukan ujung semua perjalanan
Rembulan bisa tenang menghias malam, tanpa harus menjadi sabit

Aih, aih, siapa ku lihat disana
Wanita penghitung helaian rambut
Diujung lainnya ku temukan juga lelaki penghitung bintang
Diatas sana, nenek penyayang kucing dan kakek petani
Juga layang layang abadi yang terbang hampir setiap malam
Malam dengan gelap dan dinginnya

Langit nyatanya tak sepadan dengan bumi yang teramat kecil
Aku jengah mereka disandingkan tanpa harapan
Begitu juga rembulan dan mentari

Nyanyian sudah menjadi racau si biduawanita
Ia hanya mengeluarkan rasanya saja
Dan aku kira itu adalah lagunya

Minggu, 15 Juni 2014

bintang marsha

Selamat malam marsha
Kau bisikan rindu pada angin
Tapi untuk siapa sebenarnya itu kau tujukan?
Karena angin tak hanya berhembus pada dia
tetapi padaku juga

Seperti drama drama yang kulihat di layar kaca dan layar perak
Karena dia datang tak memilih
Karena aku juga tak mau memilih
Seperti halley yang singgah pada masanya

Karena malam ini aku melihatmu berkelip disana
Padahal sebelumnya aku hanya mengagumi rembulan
Karena hanya kau yang seolah berkelip padaku
Karena mungkin saja kau berkelip pada semua penikmat malam

Hai marsha
Aku diam bukan berarti tak ingin
Aku teriak bukan berarti memaksamu
Karena memang selalu aku nikmati sepanjang waktu malam
Ada maupun tiadanya kamu...

22.44. 15.06.14.

Jumat, 06 Juni 2014

Memandang Langit

Katanya memandang langit itu mengobati kesedihan
Tapi nyatanya air hangat itu menggenang di sudut mataku
Tapi entah untuk apa dan untuk siapa

Dan sekarang sudah terasa lebih nyaman
Aku sudah bisa menghadapi dunia lagi
Terimakasih