Rabu, 04 Desember 2013

Sahabat Sejati SOS Hingga Homei Michael Bublle



Selama ini aku jarang bisa menjalin persahabatan yg dekat dengan seseorang atau beberapa orang.

Kenapa? Karena aku sibuk.

Ya, sejak waktu SD aku hampir selalu memiliki kesibukan dengan teman-teman yang klik denganku.

Misal saja les mata pelajaran, les sempoa, ekskul beladiri, klub renang, bimbel, ormawa, hingga pekerjaan.

Mungkin sejak dulu juga, aku jarang dikondisikan memiliki teman yang sangat dekat oleh keluarga. Jika aku minta izin bermain ke rumah A, B, atau C, jarang sekali ayah dan ibuku izinkan. Malah hampir selalu mengalihkan untuk pergi bersama mereka.

Jadilah aku family girl. Daddy girl mungkin lebih cocok, karena aku hampir selalu mengikuti perkataan ayah dan tidak bisa melawan ayah.

Sekarang akhirnya aku dihadapkan pada sebuah posisi. Kakak tertua. Adikku yang remaja dan masa ABG sudah mulai lebih ingin bersama temannya daripada dengan keluarga. Aku juga jadi memiliki kecenderungan untuk merasa berat hati jika adik-adikku pamit pergi bersama temannya.

Apa mungkin faktor pembiasaan perilaku? Atau genetik? Atau rasa cemburu karena adik-adikku tidak diperlakukan se-protektif aku?

Bisa jadi.

Protektif. Itulah kenapa, aku sejak duduk di bangku SMA ingin sedikit 'lepas' dari pengawasan orangtuaku dan tinggal dengan nenek dan kakek.

Dan sekarang sedang rindu masa-masa 'protektif' dulu.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Rabu, 14 Agustus 2013

Hanya setor tulisan

Pagi
Bukan, ternyata dini hari
Saat itu juga kudengar,
suara pintu terbuka
Saat sebagian hamba berada dititik terendah dalam sujud malamnya
Aku masih terjaga, bukan menantimu, tapi berusaha menikmati tarian angin malam

Ah, aku hanya bocah
Aku juga melihat
Aku juga berfikir
Aku... hanya aku...

Perang
Saat batinku takut
Banyak hal yang aku takut terulang
Terutama saat mereka punya kelebihan, keistimewaan

Bukan hati yang menjadi dua,
tapi tetap satu untukNya
Tapi tapi tapi tapi tapi...
Bocah kecil saja bisa terluka hatinya
Ah, bintang memang bertaburan
Aku juga sulit memilihnya
Tapi aku ingin seperti bulan
Seperti gelap yang setia pada malam meski indahnya temaram bintang bertabur
Seperti mentari yang setia pada siang, meski ribuan gumpal awan selalu memberi keteduhan
Dalam ketaatan pada Sang Pencipta, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

-saat aku galau tak tahu mau menulis apa-
21.44 5 syawal 1434 H, 2013

Jumat, 02 Agustus 2013

Kqta-kata bijak? Perlukah kita?

Adikku yang menjelang usia remaja madya lagi senang banget baca kata-kata bijak. Sampai dia browsing di internet buat nyari kumpulan kata2 bijak buat dibaca. Pendpat subjektif saya... perlu emangnya ya kita baca kata2 bijak dengan cara seperti itu...

Saya kemarin baru baca sinsi dream high 2 (kalau nonton film lagi males, lagi sobuk dan kalau nonton drama seri pasti nyita waktu banyak banget! Males :P hhe) teacher jin man apa teacher taeyon gitu yang bilang "lagu itu bukan diciptakan, tapi ditemukan". Yup...! Gitu juga kata-kata bijak.

Gue bukan tipe orang instan yang seneng dengan hal-hal instan, dapet kata2 bijak, just a range of words and become wise sentence, katanya. It wasn't like that. Dalam memperoleh kata-kata bijak, setiap orang pasti mengalami dulu suatu kejadian atau memproses dulu suatu informasi dalam otaknya kemudian terjdi penghayatan dari proses kognitif itu dan... jadilah sebuah atau banyak hikmah yang bisa dipetik, salah satunya adalah terlahir kata kata bijal.

Kata kata bijak, it werenot just range some words, it means more.

Gak harus ngalemin, tapi seengaknya harus ada penghayatan dari sebuah informasi sehingga menjadi banyak hikmah itu sendiri. Proses. Itu pendapat subjektif saya.

Tapi... seperti jawaban dari setiap perdebatan dalam hampir semua matakuliah psikologi, kembali ke individuya masing masing (honestly, i hate this kind of statmet), setiap orang punya proses kognitif dalam mentalnya masing masing, yang berbeda tiap orangnya, unik. Kita gak bisa judge setiap perilaku hanya dari satu aspek aja kayak gini, harus banyak info dari berbagai aspek untuk menilai masing2 kepribadian dan pola pikir orang.

Huft.. somehow... i hate this kind of self dialectical stuck...

*just saying :)

Kamis, 30 Mei 2013

geje

angin tak terdengar
teraba
terlihat
dan terasa
tapi dingin...

air selalu bergemicrik
saat sirkulator memainkan peranannya

hanya malam
gelap
juga lampu

Senin, 13 Mei 2013

RIP Teh Mei

meskipun gak kenal dekat.. tapi doa pasti selalu mengalir buatmu teteh :'(

masih gak percaya waktu kakak, teh dini, sms kalau teh mei udah gak ada... so sad, shocking, daaaan.. random feeling. gimana enggak, gue udah lama gak kesana, dan.. malu kalau kesana lagi.. dan.. ada solidaritas juga sih, tapi waktu denger teh mei meninggal, rasanya ada dorongan, HARUS NGELAYAT!
mau sholat ghaib di rumah juga lagi halangan, jadi.. memang harus kesana.. Insya Allah.. BESOK!

pilwalkot bandung.. (lagi, edisi 2013)

wah! gak sangka sudah lima tahun berlalu ya..
lima tahun lalu saya nulis sebuah posting di blog ini tentang pilwalkot bandung. padahal saat itu saya masih jadi anak SMA. pada jaman itu, saya udah mulai ada etertarikan dikit sama dunia politik.. hem.. bukan tertarik juga kali ya, lebih ke melek politik. mungkin.

selama lima tahun ini.. ternyata banyak hal yang berubah dari saya. saya pikir, saya sekarang sudah punya sebuah pandangan politik, dan lebih "loyal" pada sebuah ideologi politik yang sudah disediakan dipasar kekuasaan negeri ini. tapi, seiring dengan inner loyalitas itu, saya juga tidak terlalu suka menunjukan diri sebagai simpatisan dari sebuah ideologi politik. malu? bukan. saya cuma gak mau di cap eksklusif karena menampakan diri sebagai 'sebuah kelompok', meskipun kenyataannya saya adalah simpatisan yang sudah merasa SREG dengan sebuah kelompok. em.. tapi saya juga heran, apakah ini bisa disebut loyalitas sementara saya tidak sepenuhnya mengikuti berita dan semua informasi serta tidak mau menampakan diri?

okay, bahasan tentang saya, sebaiknya ditinggalkan saja terlebih dulu. karena gak penting-penting juga sih :p
tapi yang cukup penting dan menarik untuk disorot adalah, peminat bursa cawalkot ini ternyata cukup laris dikalangan politisi. bayangkan, calon  yang mendaftarkan diri saja ada delapan pasang! dan semua lolos verifikasi! ini baru harus bilang WOW! padahal ini cuma bursa walikota ya, apalagi bursa presiden tahun depan yaaa... *thinking

saya sih gak tahu nama semua calon dan nomor urutnya. tapi, apagunanya konek ke internet kalau saya gak bisa tanya google sensei. 
menurut sumber http://www.tempo.co/read/news/2013/05/08/058478955/Ini-Nomor-Urut-Calon-Wali-Kota-Bandung , ini nih nomor urutan dan nama-nama calon walikota kota bandung
1. Edi Siswadi-Erwan Setiawan
2. Wahyudin-Tonny Aprilani (independen-non partai)
3. Wawan Dewanta - M Sayogo
4. Ridwan Kamil - Oded M Danial
5. Ayi Vivananda - Nani Suryani
6. MA Iswara - Asep Dedy
7. Budi Setiawan - Rizal Firdaus (independen- non partai)
8. Bambang Setidadi-Alex Tahsin (independen- non partai)

wow lagi deh! ternyata banyak calon independen yang PD buat jadi walikota kota kembang ini ya.. salute! 
yang jelas, dari semua calon-calon yang udah ditetapkan oleh kpu beberapa waktu lalu ini, punya niat yang sama, make bandung better. semuanya juga berdasarkan dari rasa cinta para calon sama kota bandung dan ingin bandung jadi lebih baik lagi. jadi, let's play the fair game, ups, buat yang masih golput... just watch us, and dont need to be judge, because you're not in the game. :p
saking banyaknya calon, jadi bingung milih gak seh? yaaa... pasti!
tapi, cari calon yang kredibilitasnya TERBUKTI BAIK, visi dan misi yang oke buat kota bandung, dan prestasi yang sesuai sama visi dan misi sehingga seenggaknya itu bisa jadi jaminan (kek pegadaian, :p), daaaan.. kenali pribadi dari tiap calon. 

pengennya sih, bahas satu-satu semua calon, tapi, berhubung kebanyakan, ntaran aja deh :p atau.. kalau kelupaan maaf yaa. (lagi dalam puncak kesibukan masa kuliah :p)




Selasa, 16 April 2013

Romansa #2

aku pernah jatuh cinta
pada Siapa yang menjadi sahabatku. 
aku pernah terpesona
pada Dimana yang menjadi pijakanku
aku pernah tergila-gila
pada Kapan yang menjadi kenanganku
aku pernah tak bisa berpaling
dari Apa yang menjadi sandaranku

hanya saja aku tak pernah bisa mengerti
bagaimana aku terjebak dalam romansaku..

jeles

intinya gue lagi males spelling yang bener di posting kali ini.
oke, sebetulnya gak ada yang istimewa yang harus diceritakan. tapi karena gue merasa punya kewajiban untuk menulis, menulis, menulis, (even itu manfaat atau belum keliatan dan kerasa manfaatnya), i'm trying to do.
Tapi, berhubung episode gue lagi melow akhir-akhir ini. yowes, maaf ya blog, readers, kecipratan episode-episode gue.

Selasa, 26 Februari 2013

terlambat

"Hei", ku balas senyumnya. Oh God! Cuma dia! Cuma dia orang yang aku taksir, tapi masih bisa ku sapa! Hoo.. Rasanya ingin menari diudara. Bahagia tak terkira. Duh, tak ku sangka rasakan cinta.

***

"Ayolah..", ku bujuk Kahlil.

"Hem.. Males ah!", Kahlil memang terlihat berekspresi malas.

"Pliiis..", aku memelas.

"Hem...", aku sebal lihat dia sok berpikir seperti itu. "Iya deh. Hehe."

"Yak!", aku senang sekali berhasil membujuknya.

"Kenapa?", Sheena, sobatku, yang baru datang dari kantin bingung melihatku yang girang.

"Ada astrofest di UNITEK, ikut yuk. Aku sama Kahlil mau kesana, bareng anak KIR", ajakku pada Sheena.

Sheena terlihat berpikir.

"Malu ah. Aku kan bukan KIR."

"Santai aja sih. Kan ada kita, ya gak, Lil?"

Kahlil mengangguk.

Sheena terlihat berpikir, tapi akhirnya menganggukan kepala.

"Yeaaay!", aku girang sekali.

But.. I have bad feeling, behind. Gak lah.. Sheena kan sahabatku. Aku coba menepis semua prasangkaku pada Sheena. Tapi, Sheena juga tidak tahu kalau aku naksir Kahlil. Hem, lihat nanti deh. Aku juga tidak akan memberi tahu Sheena dulu. Aku ingin tahu dulu perasaan Sheena.

***

"Siapa doong?"

"Ada deh!"

"Kahlil ya?", Ipang menggodaku. Menggoda cemburu, mungkin. Karena beberapa waktu sebelumnya aku pernah menolak ajakannya untuk berpacaran.

"Ari?! Kamu sama Kahlil?", Maya tiba-tiba menghentikan aktivitas lab nya.

"Enggak ih! Ipang bigos nih!"

"Aah.. Iya juga gak apa-apa sih! Cocok tau kalian. Hahaha", Maya malah ikut menggoda.

Ish, kalian bikin aku seneng aja, gumanku dalam hati. Ya, semoga.

***

Aku lihat perubahan kedekatan Sheena dan Kahlil. Sejak insiden kaki Sheena yang patah, di expo UNITEK beberapa waktu lalu. Karena badan Kahlil paling besar dan kekar, jadi dia yang menggendong Sheena kemana-mana. Aku cemburu, tapi aku juga lebih ingin Sheena segera mendapat pertolongan.

Kami memang sudah bersahabat sejak masuk SMA, tapi sekarang mereka berbeda. Aku seperti tidak nyaman lagi berada diantara mereka. Chemistry mereka sudah berbeda. Aku malas bersama mereka, meskipun mereka masih menyertakan aku dalam pembicaraan mereka, tapi aku juga bisa merasakan frequensi perasaan yang sudah tidak bisa ku tangkap lagi.

Benar saja.

Aku tanpa sengaja baca sobekan kertas berisi puisi tulisan Sheena.

Dia yang berada diarah jam 12..

Oh, God! Sheena! Kahlil duduk persis di depan Sheena.

Sheena tiba-tiba datang. Langsung ku tunjukan kertas puisi itu padanya.

"Sheena! Kok kamu ga cerita sih!", ku tunjukan kertas puisi itu padanya.

"Ariii..! Kamu dapet itu darimana?!", Sheena panik dan langsung merebut kertas itu.

"Di lantai, di bawah meja. Kok ga cerita siiih? Kahlil kan?", aku berusaha menggoda Sheena. Padahal aku sendiri patah hati.

"Shuut! Ih, jangan bilang-bilang ya?", Sheena masih panik.

Lututku lemas, bahu ku lunglai, semua rangka terasa sulit menopang tubuhku. Tuhaaan! Selesai semua.

"Iih.. Tapi kok ga ceritaaa!", aku pura-pura marah.

"Habisnya malu.. Takut digodain kamu kalau ada dia..", Sheena malu-malu.

"Hahaha.. Sohibku iniii..", aku cubit pipi Sheena sambil tersenyum gemas. Tapi aneh, aku yang merasakan sakitnya. Tapi di hati.

***

Sebulan kemudian, mereka jadian. Senang tapi sedih. Campur aduk. Aku senang kalau Sheena bahagia, tapi aku juga sakit. Karena mungkin aku tidak akan pernah bisa bersama Kahlil. Aku tidak pernah mau pacaran dengan mantan pacar sahabatku. Rasa cemburunya berbeda. Lebih sakit, seperti saat ini.

Kahlil menulis status dalam jejaring sosialnya

Mencoba mengubah sudut pandang. Yang tadinya tidak dulu, jadi boleh deh.

Status itu agak membuatku sesak juga. Karena suatu ketika kami, aku dan Kahlil, pernah diskusi tentang pacaran, dan konsep tidak dulu adalah konsepku, dan di setujui Kahlil. Tapi, nasi sudah menjadi bubur.

Aku coba membuka diri. Aku pasti bisa. Karena aku adalah sahabat mereka. Yang aku doakan adalah mereka everlasting, karena kalau mereka putus, aku yang akan lebih sakit.

***

6 tahun setelahnya..

Sheena dan Kahlil putus. Oh Tuhan!

Kami semua tidak satu kampus. Begitu aku dapat kabar itu, rasanya seperti ada petir dan hujan bunga. Bukan Sheena atau Kahlil yang cerita, tapi Dilla, teman sekampus Sheena. Tapi aku merasa sesak. Ya, tepat seperti yang aku perkirakan. Aku merasakan sakit itu. Hem..

Tapi aku harus mencoba menutup hati dari Kahlil. Karena Kahlil adalah mantan Sheena.

Yang menambah dilemaku, adalah saat reuni SMA. Aku tak sengaja bertemu Kahlil di perjalanan, sehingga aku pergi bersama Kahlil ke acara tersebut. Akhirnya teman-teman menggoda kami, dan menggosipkan kami pacaran.

"Peje.. Peje...", goda teman-teman.

Aku jelas salah tingkah. Saat itu tak ada Sheena, karena Sheena sudah bekerja di kota lain.

"Lil, bilangin lah ke anak-anak..", aku memohon dia mengkarifikasi di acara reuni itu.

Kahlil balas dengan senyuman.

"Udahlah.. Kita bukan anak kecil lagi juga..", ujar Kahlil enteng.

Hem.. Iya juga sih.

"Btw, kamu single kan? Belum ada pacar atau calon?", celetuknya tiba-tiba.

Nah, loh?


Terinspirasi dari lagu 'Terlambat' dari Adera

Selasa, 26 Februari 2013

23:56 GMT+7

Kamar Sarijadi


Published with Blogger-droid v2.0.4

Rabu, 20 Februari 2013

kecengan

Suatu hari, aku buka jejaring sosial dan mendapati recent update tentang dirinya di laman beranda jejaring sosialku. Tanpa sadar, aku klik link menuju laman profilnya.

Ya Rabb.. Aku keceplosan lagi.. Astagfirullah..

Aku merasa sedikit bersalah, karena kepo pada hal yang sama sekali bukan urusanku. Tapi, karena akses internet yang cukup lancar pada saat itu,seketika aku sudah berada di laman profilnya.

Hem.. Agak kecewa juga. Dia tidak banyak berubah akvitas online nya. Hanya adding friends saja. Cukup sedih. Tapi entah apa sebetulnya membuatku sedih. Atau, mungkin bukan sedih, tapi perasaan lain yang tidak meningkatkan hormon serotonin, padahal ada ekspetasi kesana.

Kesimpulannya, dia memang sulit di ekspetasi. Hem...

***


Sudah tiga tahun. Tiga tahun saat aku tidak menyangka semua terjadi seperti saat ini. Bukan sebuah first sight yang sesungguhnya sih, tapi saat mata kami saling bertatapan tanpa sengaja, sejak saat itu juga semua berubah. Aku tak pernah menyapa ataupun menegurnya lagi, dan juga sebaliknya. Semua terasa kelu dan kaku. Aneh.

Sesaat, sedikit GR menyelimuti hati. Mungkinkah dia juga? Ah, tapi ku lihat, kami berberbeda, meski dalam beberapa hal ku dapati kami sama, tapi beda. Apakah beda ini harus yang membuat tarikan antar kutub saling tarik menarik? Apakah persamaan ini yang membuat kita saling mendapati?


Hei, kamu, yang membaca tulisan ini, kami berbeda. Beda yang menurutku, sebagai manusia bodoh, tidak mungkin menyatu. Dan mungkin tidak akan pernah menyatu kecuali ada perubahan dia menjadi lebih baik. Kenapa harus dia yang berubah? Tidak mungkin aku yang harus berubah mendekatinya, tapi menjauhi Allah, Tuhanku, Tuhan semesta alam, dengan keyakinan ku akan kebenaran. Meski aku bukan yg paling benar, tapi aku ingin kesana.

Padahal sudah begitu jelas, tapi sampai detik ini, masih takut dan enggan, menghapusnya. Meski  semua sudah begitu jelas. Astagfirullah...

***


Aku ingat, doaku saat terakhir kali, aku berkesempatan bertemu dengannya, tiga tahun lalu...

Ya Rabb, jangan pernah buat kami akrab, sebelum kau izinkan itu semua, sebelum itu halal. Aku harap ada nikmat hidayahMu yang sama, yang kami rasakan, yang akhirnya menyatukan kami pada tujuan yang sama, yaitu Engkau, ridhoMu.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Selasa, 12 Februari 2013

cerpen : saat cinta bertepuk sebelah tangan

"Kenapa kamu tidak mencari kebahagian yang lain? Daripada kamu terus mengharapkanku!"

"Aku tidak mengharapkanmu membalas cintaku."

"Lantas?"

"Aku hanya perlu mencintaimu."

"Selama itu terjadi, kamu tidak akan pernah bahagia, Nad. Carilah kebahagiaan yang lain!"

"Kebahagiaanku ada, hanya ketika aku mencintaimu."

"Nad, aku mohon..."

"Aku juga memohon kepadamu, Ar.."

Ari putus asa dan meninggalkanku duduk sendiri di taman. Ya, aku sudah biasa, Ar. Ditinggalkanmu, dicampakan olehmu.

***

Ari dan Beti menyapaku. Ekspresi dan sapaan mereka biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apapun. Ya, itu lebih baik. Daripada salah satu dari mereka, merasa bersalah dan meninggalkan kebahagiaan versi mereka saat ini. Bagaimanapun Ari sudah pernah bersama Beti, sahabatku. Jadi aku tidak akan pernah bersama Ari, kapanpun. Aku usahakan. Selamanya Beti adalah sahabatku. Tapi Ari bisa jadi masa lalu ku, maupun Beti. Yang jelas, Ari tidak akan pernah menjadi masa kini, maupun masa depanku.

***

Aku ikut merasakan sakitnya Beti, ketika ia harus memutuskan hubungan percintaannya dengan Ari. Ari bukan laki-laki yang baik, sudah kuduga. 6 tahun menjalin cinta, akhirnya kandas karena cinta lain bersemi di hati Ari. Dan Ari tak bisa menyangkalnya. Sementara, rasa cintanya pada Beti, sudah tak membara seperti dulu. Dasar lelaki.

Bersama erangan dan air mata Beti, aku rasa cintaku pada Ari sudah menguap. Tanpa bekas. Hanya kenangan.

"A.. A.. Aku..u.. ga..ak bisa.. Nad!"

"Kamu boleh merasa sakit sekarang Beti. Tapi jangan pernah kamu mengingat rasa sakit itu. Biar waktu yang membawa cinta dan rasa sakit itu. Jangan pernah ingin melupakannya. Tapi jangan pernah mengingatnya besok. Oke?"

Beti masih segukan dengan erangan dari tangisnya. Jilbabku basah oleh air mata Beti. Tapi setelah aku cuci, dan aku jemur besok semua akan kering, tak berbekas. Semua.

***

Kering itu, aku rasakan kembali,saat di sebuah pelaminan, kulihat suamiku dengan seorang wanita sedang menyalami para tamu. Aku tersenyum sesak. Aku sendiri tak tahu apa yang kurasakan. Saat suamiku bilang ia jatuh cinta lagi, tapi dia bilang masih ada aku dihatinya, aku mengizinkannya untuk menikah. Toh, aku juga tak bisa memberikan keturunan setelah 15 tahun pernikahan.

Rasanya seperti dejavu, saat suamiku menanyakan sebuah hal,

"Apakah kamu sedih?"

"Apa kamu mencintaiku?"

"Tidak pernah berubah sejak aku memutuskan menikah denganmu.."

"Apa kamu akan mencintaiku?"

"Sejujurnya, sulit bagiku untuk tidak akan mencintaimu.."

"Kalau begitu biarkan aku bahagia dengan mencintaimu, sebagai seorang yang halal aku cintai, Mas."

Suamiku memeluku.

Aku diam dan tersenyum, yang aku sendiri tak tahu artinya.


Published with Blogger-droid v2.0.4