Selasa, 29 September 2015

Jika aku bukan jalanmu, ku berhenti mengharapkanmu

Suaramu berbaur bersama angin, berlalu dan bergemuruh begitu saja.
Tiada bekas yang ia tinggalkan, kecuali dinginnya saja.
Seandainya cintamu adalah hujan, ia telah membanjiri seluruh jalanan hatiku, sehingga aku terjebak tak dapat pergi dari ruang hati yang hanya tercipta untukmu.

Duhai pengukir kenangan, tidakkah kau berpikir bahwa prasasti kisah kita pasti akan abadi, dengan ukiran manis atau pahit bersamamu.
Tidakkah kita berpikir sebelum air jatuh perlahan hingga membuat cekung pada sebuah batu?

Aku tiada menyesal telah membersamaimu dalam garis waktu kehidupan yang tak seberapa panjang ini.
Indah dan buruk rupa dan adatmu jadi sedikit cerita dalam hidupku.
Tapi aku harus menenggelamkan atlantis kita.
Biar ia hanya menjadi kisah misteri penikmatnya.

Aku kini pergi.
Dengan perahu penyelamat, seseorang telah datang  menolongku terlepas dari jebakan banjir yang kau tinggalkan setelah redanya hujan.
Aku kini berada di tempat yang lebih tinggi , melihat tempat yang aku pernah terjebak sekian lama dalam genangan sembari menikmati hujan dari Sang Samudera.

*pengen nyanyiiii:
Namun kurasa cukup ku menunggu, semua rasa telah hilaang..
Sekarang aku tersadar, cinta yang ku tunggu tak kunjung datang, apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi~ yeaa~

Tidak ada komentar: